Minggu, 20 Februari 2011

Pendekatan Teori dan Metode Psikologi Lingkungan

PENDEKATAN TEORI

A. LATAR BELAKANG SEJARAH

Membahas perihal teori-teori yang dikemukakan para ahli psikologi lingkungan, maka yang terlibat adalah teori-teori, baik di dalam maupun di luar disiplin psikologi. Beberapa teori tersebut amat luas jangkauannya dan beberapa lagi yang lain lebih terfokus, beberapa amat lemah dalam data empiris dan beberapa yang lain amat kuat. Dalam kaitan antara lingkungan dengan perilaku manusia, maka kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini, yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviorisme, dan psikologi Gestalt (Veitch & Arkkelin, 1995).
Geografi. Beberapa ahli sejarah dan geografi telah mencoba menerangkan jatuh-bangunnya peradaban yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan. Sebagai contoh, Toynbee (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) mengembangkan teori bahwa lingkungan (atau secara lebih spesifik topografi, iklim, vegetasi, ketersediaan air, dan sebagainya) adalah tantangan bagi penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan merusak peradaban, sementara tantangan yang terlalu kecil akan mengakibatkan stagnasi kebudayaan. Lebih lanjut Toynbee mengusulkan bahwa tantangan lingkungan pada tingkat menengah juga dapat mempengaruhi perkembangan peradaban. Pada tingkat yang makin berkurang atau sebaliknya makin berlebihan hasilnya justru akan memperlemah pengaruhnya. Gagasan mengenai tantangan lingkungan dan respon-respon perilakunya meski didasari oleh para penganut geographical determinism, ternyata seringkali merupakan bentuk-bentuk atau variasi-variasi teori yang diterapkan dalam psikologi lingkungan. Sebagai contoh Barry, Child dan Bacon (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) mengusulkan bahwa kebudayaan masyarakat pertanian (yang tidak nomaden) ternyata menekankan pola asuh pada generasinya berupa: tanggungjawab, ketaatan, dan kepatuhan. Sebaliknya pada kebudayaan nomaden pola asuh yang ditekankan adalah pada kemandirian dan akal. Perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada kebudayaan pertanian, orang tinggal dan bekerja bersama-sama dalam suatu komunitas yang tanpa mobilitas yang tinggi, sehingga yang dihasilkan adalah organisasi yang teratur. Hal tersebut tentunya akan lebih menekankan pola asuh kepada ketaatan dan kepatuhan. Lain halnya dengan orang nomaden yang lebih menyiapkan generasi mudanya untuk terbiasa dalam menghadapi situasi alam yang berubah dan tidak dapat diramalkan pada saat menjelajahi alam, sehingga yang lebih dibutuhkan adalah kemandirian dan akal. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa suatu seting lingkungan tertentu memberi peluang yang terbaik bagi masyarakat penghuninya untuk mempertahankan diri. Biologi Ekologi. Perkembangan teori-teori ekologi menunjukkan adanya perhatian terhadap adanya ketergantungan biologi dan sosiologi dalam kaitan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dimana hal itu secara signifikan mempengaruhi pemikiran-pemikiran psikologi lingkungan. Dengan perkembangan ilmu ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya, melainkan merupakan bagian yang integral dari lingkungan. Pendapat mengenai hubungan yang saling tergantung antara manusia dengan lingkungannya pada saat ini akan tampak pada teori-teori yang dikembangkan pada disiplin psikologi lingkungan. Lingkungan dan penghuninya masih sering dikaji sebagai komponen yang terpisah, meskipun tidak ada keraguan lagi adanya hubungan yang saling tergantung di antara mereka. Behaviorisme. Pengaruh penting lain yang merupakan pemikiran yang datang dari cabang disiplin psikologi sendiri adalah behaviorisme. Pemikiran kalangan behavioris muncul sebagai reaksi atas kegagalan teori-teori kepribadian untuk menerangkan perilaku manusia. Pada saat ini secara umum dapat diterima bahwa dua hal penting yang menjadi pertimbangan adalah konteks lingkungan dimana suatu perilaku muncul dan variabel-variabel personal (seperti kepribadian atau sikap). Dengan mempertimbangkan kedua hal ini maka akan lebih dapatdiramalkan suatu fenomena manusiadan lingkungannya daripadajika dibuat pengukuran sendiri-sendiri. Psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt berekembang pada saat yang berbarengan dengan behaviorisme dan lebih menekankan perhatian kepada persepsi dan kognisi sebagai perilaku yang tampak (overt behavior). Prinsip terpenting dari cara kerja kalangan Gestalt ini adalah bahwa objek-objek, orang-orang, dan seting-seting dipersepsi sebagai suatu keseluruhan, dimana hal itu lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagian. Dari pandangan Gestalt, suatu perilaku didasarkan pada proses kognitif, yang bukan dipengaruhi oleh proses stimulus tetapi dari persepsi terhadap stimulus tersebut. Pengaruh Gestalt pada psikologi lingkungan dapat dilihat antara lain pada kognisi lingkungan, misalnya untuk menjelaskan persepsi, berpikir, dan pemrosesan informasi lingkungan. Dari beberapa perspektif di atas, Veitch & Arkkelin (1995) menekanlan adanya dua hal yang perlu diketahui. Pertama, sebagaimanayang sudah disebutkan di atas bahwa pendekatan yang dipakai pada perspektf-perspektif di atas ada yang amat lebar dalam cakupan dan ada pula yang lemah dalam data empiris. Kedua, tidak ada grand theory dalam psikologi lingkungan, karena tidak ada pendekatan atau perspektif tunggal yang dapat menerangkan hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungannya secara memuaskan. Hal ini paling tidak disebabkan oleh empat hal:
(a) Tidak ada data yang cukup tersedia dalam kaitan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat dipercaya untuk menyatukan teori
(b) Hubungan-hubungan yang dikaji para peneliti amaat sangat beragam
(c) Metode yang digunakan tidak konsisten
(d) Cara pengukuran variabel tidak selalu kompatibel dari suatu seting penelitian ke penelitian berikutnya.


B. BEBERAPA TEORI

Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah: Teori Arousal, Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Tingkat Adaptasi, Teori Stres Lingkungan, dan Teori Ekologi.

1. Teori Arousal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit). Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosi. Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah adalah kesedihan dan depresi (Dwi Riyanti & Prabowo, 1997).
Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat
sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Mandler menamakan teorinya sebagai teori interupsi. Interupsi pada masalah
seperti dikemukakan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan
pengalaman emosional. Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang
dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalnya bergembira atau bergairah
pada suatu saat, dan mengalami perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.
Arousal dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Kita
dapat saja menjadi bosan atau tertidur, jika yang kita hadapi adalah hal-hal yang "tidak ada
apa-apanya". Suatu materi pelajaran yang tidak menarik dan sedikit sekali memberi manfaat
pada yang mendengarkan, membuat hampir semua yang mendengarkannya tidak bertahan
lama mengikutinya. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai apa yang
disebut sebagai"dorongan-keinginan otonomik” arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Hampir semua orang yang memiliki motivasi ini dalam berinteraksi sehari-hari, namun ada beberapa orang yang tidak responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya, sehingga hanya dapat dimunculkan arousal-nya jika benar-benar dalam keadaan yang amat membahayakan.

2. Teori Beban Stimulus (Stimulus Load Theory)
Titik sentral dari teori beban stimul adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Ketika input (masukan) melebihi kapasitas, maka orang cenderung untuk mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak kepada hal yang lain (Cohen dalam Veitch & Arkkelin, 1995). Teori ini bertanggung jawab terhadap respon-respon stimulus lingkungan dalam kaitannya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan bertransaksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan. Umumnya stimulus tertentu yang palin penting diperhatikan dengan alokasi waktu yang banyak dan stimulus yang kurang penting umumnya diabaikan (Sarwono, 1992; Veitch & Arkkelin, 1995).
Contoh stimulus yang berlebihan adalah pemandangan sebuah kota besar yang sudah banyak manusia dan kendaraan, banyak terdapat kawasan-kawasan komersial dengan papan-papan dan lampi-lampu reklame. Oleh karena itu, orang yang tinggal dikota besar sering mengeluh jenuh, bosan, alienasi, dsb (Sarwono, 1992).

3. Teori Kendala Perilaku (Behavioral Constrain Theory)
Teori kendala perilaku memfokuskan pada kenyataan, atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan. Menurut teori ini , lingkungan dapat mencegah, membatasi, atau mencampuri perilaku penghuni (Stokols, dalam Veitch & Arkkelin, 1995). Teori ini berkeyakinan bahwa dalam keadaan tertentu seseorang benar-benar kehilangan beberapa tingkatan kendali terhapa lingkungannya (Veitch & Arkkelin, 1995).
Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) menekankan bahwa ketika kita merasakan sedang kehilangan kontrol atau kendali lingkungan, mula-mula kita akan merasa tidak nyaman dan akan mencoba untuk menekankan lagi fungsi kendali kita. Fenomena ini disebut dengan istilah reaktansi psikologis (psychologycal reactance).

4. Teori Tingkat Adaptasi
Nilai dari pendekatan ini adalah adanya pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat adaptasi atau arousal dimana pada akhirnya individu terbiasa dengan lingkungannya atau tingkat pengharapan individu pada kondisi lingkungan tertentu. Perbedaan indiviu dalam hal tingkat adaptasi menyebabkan adanya perbedaan tingkah laku (Veitch & Arkkelin, 1995).
Menurut Sarwono (1992) terdapat tiga kategori stimulus yang dijadiakan acuan dalam hubungan lingkungan dengan tingkah laku, yaitu :
a. Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahay, suhu udara)
b. Stimulus social, dan
c. Gerak

5. Teori Stres Lingkungan
Teori stres menekankan pada mediasi peran-peran fisiologis, emosi, dan kognisi dalam interaksi antara manusia dan lingkungan. Bebrapa bagian dari respon stres bersifat otomatis. Lalu diikuti dengan reaksi penolakan individu yang secara aktif mencoba melakukan coping terhadap stressor. Akhirnya, jika sumber-sumber coping yang ada habis, maka suatu bentuk kelelahan akan terjadi (Selye Veitch & Arkkelin, 1995). Reaksi waspada dapat berupa peningkatan denyut jantung atau peningkatan produksi adrenalin, sementara reaksi penolakan dapat berupa tubuh menggigil kedinginan atau berkeringat kepanasan (Sarwono, 1992).

6. Teori Ekologi
Pusat dari pemikiran para ahli ekologi adalah gagasan tentang kecocokan manusia dan lingkungannya. Lingkungan dirancang sehingga memungkinkan terjadinya perilaku tertentu. Seting perilaku menurut istilah Roger Barker (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) adalah evaluasi kecocokan antara lingkungan dengan perilaku yang terjadi pada konteks lingkungan tersebut. Kajian mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut dari perspektif ekologi sosial menjadikan adanya teori-teori mengenai overmanning dan undermanning atau (overstaff dan understaff) (Veitch & Arkkelin, 1995).

METODE PENELITIAN
Menurut Veitch dan Arkklein (1995) terdapat tiga metode penelitian yang lazim digunakan dilapangan penelitian psikologi lingkungan. Ketiga metode tersebut adalah : eksperimen laboratorium, studi korelasi, dan eksperimen lapangan.

1. Eksperimen Laboratorium
Menurut Veitch dan Arkklein (1995), jika seorang peneliti memiliki perhatian terutama yang berkaitan dengan tingginya validitas internal, maka eksperimen laboratorium adalah pilihan yang biasanya diambil. Metode ini memberikan kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variable yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabelvariabel yang mengganggu (extraneous variable). Metode ini pada umumnya juga melibatkan pemilihan subjek secara random dalam kondisi eksperimen.
Eksperimen laboratorium dirancang untuk mengukur hubungan diantara kepadatan dan perilaku interpersonal tidak selalu membuahkan hasil yang sama jika data dikumpulkan dengan metode yang berbeda (Veitch dan Arkklein, 1995).

2. Studi Korelasi
Menurut Veitch dan Arkklein (1995), jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, maka seorang peneliti dapat menggunakan variasi-variasi dari metode korelasi. Dalam studi korelasi pada umumnya melaporkan hal-hal yang melibatkan pengalaman alami dan teknik penelitian survey.

3. Eksperimen Lapangan
Menurut Veitch dan Arkklein (1995), jika seorangpeneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan valliditas internal yang dapat dicapai melalui studi korelasi maka ia boleh menggunakan metode campuran yang dikenal dengan istilah eksperimen lapangan.
Untuk mencapai suatu pengertian terhadap fenomena, seorang ilmuan seharusnya tidak hanya mengembangkan teori-teori dan mengamati dengan cermat hal-hal yang menjadi minatnya, akan tetapi ia juga harus menentukan metode yang terbaik, baik untuk menguji teori maupun tujuan pengamatan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah dengan menggunakan beragam metode untuk mengkaji suatu masalah. Hasil cara ini akan mempertemukan beberapa gambaran yang lebih jelas ari hubungan-hubungan antar variable (Veitch dan Arkklein, 1995).



Sumber : http://elearning.faqih.net/2009/12/pendekatan-teori-dan-metode-penelitian.html
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab2-pendekatan_teori_dan_metode_penelitian_psikologi_lingkungan.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar