Minggu, 25 April 2010

KELESTARIAN BAWAH LAUT RAJA AMPAT TERANCAM

TAMBANG NIKEL
Kelestarian Bawah Laut Raja Ampat Terancam
Senin, 1 September 2008 | 00:43 WIB

WAISAI, KOMPAS - Aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat telah membawa dampak negatif bagi kelestarian lingkungan pantai dan laut sekitar pulau-pulaunya. Hal ini otomatis mengancam keberlangsungan keanekaragaman hayati dan alam bawah laut kabupaten bahari yang memiliki daya tarik wisata serta perikanan dan kelautan yang telah mendunia.

”Jika pertambangan mengganggu ekosistem lingkungan, Raja Ampat cukup mengembangkan potensi alam lautnya saja,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Papua Barat George Celcius Auparay, Sabtu (30/8) di Kampung Jefman, Kabupaten Raja Ampat.

Sebagian besar wilayah laut di Raja Ampat sejak Mei 2007 telah dideklarasikan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang dilindungi dari segala perusakan dan kerusakan lingkungannya. Peresmian KKLD dilakukan Menteri Perikanan dan Kelautan Freddy Numberi dengan luas wilayah konservasi 900.000 hektar.

Menurut data Kepolisian Daerah Papua, sejak 10 April 2003, pemerintah kabupaten setempat telah menerbitkan sembilan surat izin pertambangan nikel di wilayah itu. Kini tiga perusahaan tambang sedang beroperasi di Pulau Gag, Pulau Kanorai, dan Manoram.

Manajer Kelautan LSM Conservation International Indonesia Ketut Sarjana Putera mengaku sangat optimistis Raja Ampat mampu menyejahterakan masyarakatnya dari sektor pariwisata, perikanan, dan kelautan. Alasannya, Raja Ampat telah dikenal masyarakat luar negeri, terutama penggemar menyelam, sebagai salah satu tempat menyelam terindah di dunia. ”Potensi ini dapat digali jika Raja Ampat mampu meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan fasilitas pariwisatanya,” ujar Ketut.

KOMPAS.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar