Rabu, 24 Februari 2010

Pelestarian Sungai

"Karena alam bukanlah warisan Tuhan, melainkan titipan yang harus selalu dijaga"

Menyusuri Belantara Bantaran Kali Pesanggrahan

Siapa sangka air Kali Pesanggrahan Jakarta Selatan yang dulunya hitam pekat, kini jernih dengan berbagai biota sungai di dalamnya. Memang membutuhkan waktu dalam mengubah kondisi tersebut, namun berkat tangan dingin H Chaeruddin atau biasa disapa Bang Idin hal itu bukan mustahil. Kini, siapa saja tak akan menyangka jika menyusuri 136 kilometer bantaran Kali Pesanggrahan, karena panorama alam yang ada benar-benar seperti suasana pedesaan dengan 60 ribu pohon berjejer di kanan-kiri bantarannya.

Gemericik air begitu meneduhkan hati, ditingkahi suara kecipak ikan hilir mudik kian ke mari. Kicau burung bersahut-sahutan menyelusup di antara ribuan pohon rindang. Suasana nan menyejukkan itu bukanlah suasana pemandangan di pedesaan, dan bukan juga suasana di Kebun Raya Bogor (KBR) yang mashur itu. Tapi, itu semua bisa kita rasakan di Kali Pesanggrahan yang keberadaannya di kota metropolitan macam Jakarta. Ya....Kali Pesanggrahan memang seperti oase (setitik air).Keasrian suasananya, kesuburan tanahnya, dan keseimbangan ekosistemnya seperti menjadi penyejuk di tengah ribuan belantara hutan beton Jakarta.

Namun, siapa sangka kondisi Kali Pesanggrahan dan bantarannya di tahun 80-an jelas 180 derajat berbeda dengan saat ini. Dahulu, airnya hitam pekat.Jangankan ikan, reptil dan sebangsanya yang biasa hidup di alam liar pun sungkan berada di kali yang airnya lebih mirip tinta cumi itu.Pepohonan yang daunnya biasa menjuntai menyentuh air kali banyak yang mati.Penyebabnya karena tercemar air kali yang sudah bercampur dengan limbah pabrik.Kalau pun ada satu dua pohon yang hidup, riwayatnya tak lebih seperti anak kecil yang terkena gizi buruk.Semuanya sangat memprihatinkan.

Upaya siapa dibalik itu semua ? adalah H Chaeruddin atau yang kerap disapa Bang Idin, tokoh kunci dibalik pelestarian Kali Pesanggrahan ini. Darah jawaranya menggelegak begitu melihat kenangan masa kecilnya di Kali Pesanggrahan telah berubah menjadi tempat yang kumuh.Banyak orang membuang sampah sembarangan, dan tidak sedikit mereka yang membuat bangunan di atas bantaran kali membuat hatinya terasa sesak.

Disingsingkanlah lengan baju dan celana pangsi kebesarannya. Dicabutnya golok, ditebasnya pohon pisang, disisirinya Kali Pesanggrahan yang panjang itu laksana petualang.Tapi, bukan untuk gagah-gagahan Bang Idin melakoni itu semua, melainkan hal ini sebagai upayanya untuk melihat kondisi Kali Pesanggrahan. Langkah ini sekaligus sebagai upaya menginventarisir langkah apa yang akan diupayakan untuk menyelamatkan Kali Pesanggrahan yang dicintainya itu.

Bukan perkara mudah bagi Bang Idin mengubah Kali Pesanggrahan yang kotor itu. Bahkan, di awal tahun 1989 yang merupakan masa-masa awalnya melakukan konservasi dan penyelamatan Kali Pesanggrahan dan bantarannya, tak jarang membuatnya mendapat cibiran tapi semua itu dianggap tantangan. Baginya upaya penyelamatan Kali Pesanggrahan adalah bagian dari perintah agama untuk menjaga kelestarian alam, sehingga bisa dinikmati sekaligus dimanfaatkan oleh umat manusia.

Maka berbekal ”SK dari langit" --begitu Bang Idin menyebut tugasnya menjaga kali agar tetap bersih-- dirinya langsung mengajak tetangganya untuk turut serta mengambil peranan. Terkumpullah 17 orang petani yang belakangan kemudian membentuk kelompok Bambu Kuning dan ikut serta dalam barisan Bang Idin untuk berjuang menyelamatkan kali.Bahkan kelompoknya ini, lambat laun berhasil menyadarkan juragan-juragan tanah yang membangun pagar beton tinggi hingga ke bantaran kali dan merelakannya untuk dibongkar.Untuk selanjutnya dilakukan penghijauan di sepanjang kali itu.

Namun, kesulitan tidak berhenti sampai di situ. Karena, kelompoknya juga bingung dan tak tahu harus menanam apa karena bibit belum tersedia. Akhirnya disepakati, dalam setiap pertemuan yang diadakan dua kali setiap bulan, setiap anggota diwajibkan membawa bibit pohon dan mereka menanamnya bersama-sama. Terserah bibit apa saja.

Sedikit-sedikit bibit tanaman itu menjadi besar, berbuah, dan kemudian beranak pinak. Bahkan, kini tanaman yang ada di kali sepanjang 136 kilometer ini telah menjadi hutan yang benar-benar berada di tengah kota. Bang Idin menyebut ada sekitar 60 ribu pohon tumbuh dengan empat spesifikasi yang berbeda. Mulai dari tanaman produktif, tanaman koridor bunga, tanaman langka, dan tanaman obat.

Kelompoknya, bahkan bisa mengubah air Kali Pesanggrahan yang mengalir dari daerah Pangrango, Cilebut, Depok, Karang Tengah, Cileduk, Jakarta Barat, hingga Kapuk Muara ini menjadi bersih kembali. Rahasianya, cukup sederhana itu semua karena peranan pohon bambu dan pohon kirai.Pohon ini memiliki andil besar untuk mengabsorsi (menyerap) air kali yang kotor dan menjadikannya bersih kembali.

Tidak hanya itu saja, kelompok Sangga Buana yang didirikannya juga berhasil menjadikan sepanjang Kali Pesanggrahan sebagai tempat hidup hewan yang nyaman.Tak heran mulai dari burung, biawak, ular hingga buaya pun kerasan di tempat seluas 40 hektar itu.

Kesuksesan ini tidak hanya dinikmati warga sekitar yang setiap hari mengambil obat-obatan, daun pisang, rebung, melinjo, dan sayur mayur secara gratis. Tapi, juga menjadikan tempat ini sebagai laboratorium raksasa bagi sejumlah universitas, peneliti, dan tamu dari dalam dan luar negeri untuk melakukan studi banding.

”Semua yang saya lakukan tak lain karena saya ingin menjadikan Kali Pesanggrahan sebagai pusat konservasi lingkungan. Kalau pun saya berhasil, bukan penghargaan yang saya cari.Kalau penghargaan ada kali tiga kilo beratnya, tetapi bukan itu yang saya inginkan.Yang saya inginkan pemerintah paham, dan mengerti bahwasannya pembangunan tidak selalu berorientasi keuntungan,” tegas ayah tiga anak ini.

Menurutnya, selama ini pemerintah tidak mengerti manajemen kearifan alam.Karena alam bukanlah warisan Tuhan, melainkan titipan yang harus selalu dijaga. Sebab, jika salah mengurusnya alam juga yang akan murka.

”Di sini kita mendidik orang bukan untuk pinter, tetapi untuk paham. Artinya kalau dia paham dia langsung praktikkan kepeduliannya kepada lingkungan saat ini juga.Tidak perlu pakai seminar-seminar segala.Karena itu, kita sengaja sediakan bibit tanaman dan ikan di sini.Pengunjung boleh beli bibit ikan di empang kita, dan bibit itu bisa langsung disebar di Kali Pesanggrahan, begitu pun tanaman bisa langsung ditanam di sini.Itulah praktik yang sebenarnya bagi orang yang paham lingkungan,” pungkasnya.

Reporter: dunih
Sumber : beritajakarta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar